Senin, 08 Juni 2020

Manajemen PT Indo Tama Meminta Maaf Pada Komisi IV DPRD Purwakarta




Purwakarta – Humas PT Indo Tama Ferro Alloys, Engkun Kurniadi, atas nama jajaran manajemen perusahaan, meminta maaf kepada segenap anggota Komisi IV DPRD Purwakarta, khususnya Ketua dan anggota Komisi IV, yang mengalami ketidaknyamanan atas penolakan Satpam setempat pada  Kamis (4/6/2020).

“Intinya, kami patuh dan siap menerima risiko apapun atas kejadian tersebut,” tegas Engkun, seraya menambahkan, karena sesungguhnya hal itu hanyalah kesalahpahaman akibat lemahnya SDM tenaga keamanan.

Engkun menyampaikan hal itu dalam rapat kerja dengan Ketua Komisi IV DPRD Purwakarta Said Ali Azmi Fraksi Gerindra, Sekretaris Komisi IV Ir. H. Moch. Arief Kurniawan, MM (Fraksi PKS), dan Zaenal Arifin (Fraksi PKB). Turut hadir perwakilan dari Disnakertrans Purwakarta, dan  Kepala UPTD Bidang Pengawasan Disnakertrans Provinsi Jawa Barat Wiayah II dan segenap jajaran, Senin (8/6/2020).

Ketua Komisi IV DPRD Purwakarta Said Ali Azmi menerangkan, sejatinya pihak Komisi IV pada saat itu bermaksud melakukan sidak, sehubungan meledaknya dapur pengolahan PT Indo Tama Ferro Alloys.  Ia ingin tahu dari sumber utama, yakni pihak manajemen berapa sebenarnya jumlah korban, bagaimana penanganan korban, dan SOP safety yang dilakukan perusahaan terhadap para karyawannya.

“Kalau informasi dari pihak manajemen tentunya  lebih akurat. Dan barangkali Komisi IV juga bisa memberikan advis, jika memang diperlukan. Ya, tidak ada maksud apa-apa selain itu. Sayangnya, kami tidak diijinkan masuk oleh Satpam, padahal waktu itu banyak wartawan berkumpul di sekitar pabrik. Barangkali, bila kami diijinkan masuk dan bisa mengobrol di dalam pabrik, tentunya tidak ada berita viral seperti yang telah terjadi,”jelasnya.


Sementara, Sekretaris Komisi IV Ir. H. Moch. Arief Kurniawan, MM, mengharapkan, tidak hanya hal-hal normatif sesuai peraturan perundang-undangan saja yang dilakukan perusahaan terhadap korban. Namun, sebaiknya juga diperhatikan kepentingan-kepentingan lain secara sosial ekonomi.

“Barangkali bisa diuusahakan oleh perusahaan, kemungkinan adik korban atau saudaranya bisa dipekerjakan di pabrik, untuk mengobati luka korban, baik secara ekonomi maupun secara psikis,” harapnya.

Engkun menerangkan, permasalahan tersebut kini tengah dalam penanganan pihak berwajib, apakah ada unsur human eror, unsur bahan baku, atau karena alat tungkunya. 

"Kita masih menunggu informasi dari hasil penyelidikan pihak kepolisian. Dan TKP telah diberi garis polisi,”tegasnya.

Dijelaskan Engkun, perusahaan tersebut adalah  penghasil Silikon Mangan, tinggal satu-satunya perusahaan sejenis yang masih aktif di Indonesia. Bahan bakunya, lanjutnya, di antaranya berasal dari Tasikmalaya, Sumatera Barat, dan Lampung. Sedangkan pengolahannya, menggunakan pemanasan hingga 1400 derajat Celcius.

“Ada dua tungku yang dipergunakan, satunya yang baru sekitar tahun 2015-2016, sedangkan yang lama buatan tahun 1980. Namun, yang baru ini malah meledak,”ujar mantan anggota DPRD Purwakarta ini.


Akibat kejadian itu, 9 orang menjadi korban, satu di antaranya meninggal di tempat. Satu lagi meninggal, karena harus menunggu 2 hari penanganan di RS Hasan Sadikin Bandung. Tiga orang korban selamat telah kembali pulang, sedangkan korban lainnya masih ditangani rumah sakit Rama Hadi.

Secara jujur diakui Engkun, memang perusahaan secara selektif dalam menerima tamu.  Namun, karena kelemahan SDM tenaga keamanan, sehingga terjadi kesalahpahaman terhadap anggota DPRD dari Komisi IV.

Menanggapi permintaan Said Ali Azmi, Engkun juga berjanji akan menyediakan data karyawan baik pribumi, maupun WNA, yang kesemuanya sudah diikutsertakan BPJS. Jumlah karyawan pribumi sebanyak 198 orang. Tenaga asing total 32 orang, sedangkan yang sedang pulang ke negaranya 10 orang, tersisa 22 orang dalam pabrik.

“ TKA di sini legal semua, sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan karyawan pribumi, kalau toh ada kontrak, langsung dengan perusahaan. Tidak ada outsourching atau yayasan di sini,” tegasnya, seraya menambahkan, kebanyakan karyawan pribumi berasal dari daerah sekitar pabrik.

Engkun menambahkan, perusahaan ini sudah tiga kali ganti kepemilikan. Mulanya, punya Tutut Suharto, tapi tidak bisa mengelola. Ganti baru, tetap tak bisa mengelola. Sekarang, pemilik ketiga adalah investor dari Cina, yang berjalan hingga sekarang menjadi satu-satunya perusahaan penghasil Silikon Mangan terbesar di Indonesia.  (Humas DPRD)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar