Purwakarta –
Humas PT Indo Tama Ferro Alloys, Engkun Kurniadi, atas nama jajaran manajemen
perusahaan, meminta maaf kepada segenap anggota Komisi IV DPRD Purwakarta,
khususnya Ketua dan anggota Komisi IV, yang mengalami ketidaknyamanan atas
penolakan Satpam setempat pada Kamis
(4/6/2020).
“Intinya,
kami patuh dan siap menerima risiko apapun atas kejadian tersebut,” tegas
Engkun, seraya menambahkan, karena sesungguhnya hal itu hanyalah kesalahpahaman
akibat lemahnya SDM tenaga keamanan.
Engkun
menyampaikan hal itu dalam rapat kerja dengan Ketua Komisi IV DPRD Purwakarta
Said Ali Azmi Fraksi Gerindra, Sekretaris Komisi IV Ir. H. Moch. Arief
Kurniawan, MM (Fraksi PKS), dan Zaenal Arifin (Fraksi PKB). Turut hadir
perwakilan dari Disnakertrans Purwakarta, dan
Kepala UPTD Bidang Pengawasan Disnakertrans Provinsi Jawa Barat Wiayah
II dan segenap jajaran, Senin (8/6/2020).
Ketua Komisi
IV DPRD Purwakarta Said Ali Azmi menerangkan, sejatinya pihak Komisi IV pada
saat itu bermaksud melakukan sidak, sehubungan meledaknya dapur pengolahan PT
Indo Tama Ferro Alloys. Ia ingin tahu
dari sumber utama, yakni pihak manajemen berapa sebenarnya jumlah korban,
bagaimana penanganan korban, dan SOP safety
yang dilakukan perusahaan terhadap para karyawannya.
“Kalau
informasi dari pihak manajemen tentunya
lebih akurat. Dan barangkali Komisi IV juga bisa memberikan advis, jika
memang diperlukan. Ya, tidak ada maksud apa-apa selain itu. Sayangnya, kami
tidak diijinkan masuk oleh Satpam, padahal waktu itu banyak wartawan berkumpul
di sekitar pabrik. Barangkali, bila kami diijinkan masuk dan bisa mengobrol di
dalam pabrik, tentunya tidak ada berita viral seperti yang telah
terjadi,”jelasnya.
Sementara,
Sekretaris Komisi IV Ir. H. Moch. Arief Kurniawan, MM, mengharapkan, tidak hanya
hal-hal normatif sesuai peraturan perundang-undangan saja yang dilakukan
perusahaan terhadap korban. Namun, sebaiknya juga diperhatikan
kepentingan-kepentingan lain secara sosial ekonomi.
“Barangkali
bisa diuusahakan oleh perusahaan, kemungkinan adik korban atau saudaranya bisa
dipekerjakan di pabrik, untuk mengobati luka korban, baik secara ekonomi maupun
secara psikis,” harapnya.
Engkun menerangkan, permasalahan
tersebut kini tengah dalam penanganan pihak berwajib, apakah ada unsur human
eror, unsur bahan baku, atau karena alat tungkunya.
"Kita masih menunggu
informasi dari hasil penyelidikan pihak kepolisian. Dan TKP telah diberi garis
polisi,”tegasnya.
Dijelaskan
Engkun, perusahaan tersebut adalah
penghasil Silikon Mangan, tinggal satu-satunya perusahaan sejenis yang
masih aktif di Indonesia. Bahan bakunya, lanjutnya, di antaranya berasal dari
Tasikmalaya, Sumatera Barat, dan Lampung. Sedangkan pengolahannya, menggunakan
pemanasan hingga 1400 derajat Celcius.
“Ada dua
tungku yang dipergunakan, satunya yang baru sekitar tahun 2015-2016, sedangkan
yang lama buatan tahun 1980. Namun, yang baru ini malah meledak,”ujar mantan anggota DPRD Purwakarta ini.
Akibat
kejadian itu, 9 orang menjadi korban, satu di antaranya meninggal di tempat.
Satu lagi meninggal, karena harus menunggu 2 hari penanganan di RS Hasan
Sadikin Bandung. Tiga orang korban selamat telah kembali pulang, sedangkan
korban lainnya masih ditangani rumah sakit Rama Hadi.
Secara jujur
diakui Engkun, memang perusahaan secara selektif dalam menerima tamu. Namun, karena kelemahan SDM tenaga keamanan,
sehingga terjadi kesalahpahaman terhadap anggota DPRD dari Komisi IV.
Menanggapi
permintaan Said Ali Azmi, Engkun juga berjanji akan menyediakan data karyawan
baik pribumi, maupun WNA, yang kesemuanya sudah diikutsertakan BPJS. Jumlah
karyawan pribumi sebanyak 198 orang. Tenaga asing total 32 orang, sedangkan
yang sedang pulang ke negaranya 10 orang, tersisa 22 orang dalam pabrik.
“ TKA di sini
legal semua, sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan
karyawan pribumi, kalau toh ada kontrak, langsung dengan perusahaan. Tidak ada
outsourching atau yayasan di sini,” tegasnya, seraya menambahkan, kebanyakan
karyawan pribumi berasal dari daerah sekitar pabrik.
Engkun
menambahkan, perusahaan ini sudah tiga kali ganti kepemilikan. Mulanya, punya
Tutut Suharto, tapi tidak bisa mengelola. Ganti baru, tetap tak bisa mengelola.
Sekarang, pemilik ketiga adalah investor dari Cina, yang berjalan hingga
sekarang menjadi satu-satunya perusahaan penghasil Silikon Mangan terbesar di
Indonesia. (Humas DPRD)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar