Purwakarta – Anggota
Komisi II DPRD Kabupaten Garut secara spesifik tertarik pada Taman Air Mancur
Sri Baduga yang terkenal hingga mancanegara. Namun, secara umum mereka ingin
mendapat informasi terkait infrastruktur pembangunan di Purwakarta, yang
terkenal menonjol di Jawa Barat, walau luasnya relatif kecil. Ketertarikan itu
mereka ungkapkan saat melakukan kunjungan kerja ke DPRD Purwakarta, Senin
(6/01/2020).
Rombongan yang dipimpin oleh
ketuanya Drs. H. Nadiman dari fraksi Golkar itu, diterima Ketua Komisi III DPRD
Purwakarta Drs Akun Kurniadi (Fraksi Golkar), didampingi anggota Komisi IV
Zusyef Gusnawan, SE (Fraksi Gerindra), dan anggota Komisi III Asep Nuryani
(Fraksi PKS) dan Plt Kadis Bina Marga Edi Sukandar. Salah seorang anggota dewan
dari Garut menanyakan tentan proses pembangunan air mancur, besar anggaran yang
digunakan, serta biaya perawatannya.
Ketua Komisi II Drs. H.
Nadiman secara singkat menerangkan, Garut merupakan daerah paket komplit, yakni
ada laut, gunung, danau, dan areanya
sangat luas. Terdiri dari 436 desa dan 21 kelurahan. “Oleh karena itu, sekarang
ada wacana untuk dilakukan pemekaran menjadi dua atau tiga kabupaten,”jelasnya,
seraya menambahkan, produksi kerajinan dari kulit merupakan usaha yang menonjol
di Garut.
Akun Kurniadi menjelaskan,
secara umum infrastruktur pembangunan di Purwakarta merupakan dimulai saat Dedi
Mulyadi menjabat Bupati dua periode. Selanjutnya, sekarang diteruskan oleh
istrinya, Anne Ratna Mustika.
“Tentang air mancur Sri
Baduga kini memang telah menjadi ikon dan kebanggaan masyarakat Purwakarta.
Pembangunannya, murni dengan anggaran APBD sebesar total antara Rp. 40 M sampai
Rp. 50 M, dilaksanakan bertahap selama 4 tahun. Jadi tidak ada bantuan dari
provinsi atau pusat,”jelasnya.
Saat ini, kata Akun, masih
digratiskan bagi masyarakat yang ingin menyaksikan air mancur bergoyang
tersebut. “Ke depan sedang diatur
peraturan retribusinya, guna biaya perawatan air mancur Sri Baduga tersebut,”sambungnya.
Akun juga menerangkan,
berkaitan dengan keberadaan Jatiluhur, bahwa pengelolanya adalah PJT II
Jatiluhur, yakni merupakan salah satu BUMN. “Purwakarta hanya mendapat hasil
bagi Pajak Air Permukaan, sedangkan airnya dialirkan ke Karawang, Bekasi, dan
Jakarta. Kita sama sekali tidak kebagian,”tuturnya.
Akun lebih jauh juga
menjawab soal destinasi wisata di Purwakarta. Selain ada wisata alam, buatan,
juga ada wisata kuliner.”Pemerintah daerah Purwakarta terus berupaya dan
berinovasi untuk meningkatkan destinasi wisata guna meningkatkan PAD,”ujarnya.
Ia menambahkan, Purwakarta kini juga punya Tajug Gede (Mesjid Besar) dan tamannya dinamakan “Welas Asih”, yang
dikhususkan hasil-hasil pertanian, berlokasi di daerah Cilodong, Kecamatan
Bungursari, yang banyak dikunjungi masyarakat. (Humas DPRD).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar